Jumat, 13 Desember 2013

Menerawang Harga Emas di 2014

Bambang Wijanarko
Akhir-akhir ini banyak yang menanyakan perihal penerawangan saya akan harga emas di tahun 2014 nanti. Pertanyaan ini sebenarnya merupakan pertanyaan rutin yang selalu ditanyakan setiap akhir tahun. Namun kali ini nuansanya agak berbeda, karena kebanyakan pertanyaan tersebut dilontarkan dengan nada yang sedikit ‘fals’ kalo kita ibaratkan sebuah lagu. Artinya kebanyakan pertanyaan tersebut sebenarnya adalah pernyataan kegalauan sang penanya mengenai prospek performance investasi emas di tahun 2014, kegalauan yang sangat wajar apabila melihat performance emas di 2013 ini.

Lalu bagaimana cara saya menjawab pertanyaan-pertanyaan ini ? Bagaimana cara menjawab pertanyaan orang-orang yang sedang galau agar tidak bertambah galau ?

Fungsi Emas : Instrumen investasi, safe haven atau lindung nilai ?

Saya tidak punya latar belakang pendidikan sebagai sarjana ekonomi ataupun keuangan. Ketika saya berbicara mengenai investasi emas tentunya bukan berdasaran pendekatan akademis namun lebih kepada pengalaman saya menggeluti dunia per-emas-an ini. Saya mulai melakukan investasi emas pada pertengahan 2002, saat itu saya mengumpulkan emas untuk persiapan menikah, harga emas masih di kisaran Rp 90ribuan/gram. Tujuan saya mengumpulkan emas selain untuk persiapan mas kawin juga untuk persiapan membeli rumah. Karena saya dan calon isteri waktu itu belum sepakat mengenai lokasi rumah yang cocok maka saya berpikir untuk terlebih dahulu mengkonversi tabungan saya di bank menjadi emas batangan. Hal yang belakangan ini baru saya ketahui biasa disebut ‘hedging’ atau ‘lindung nilai’. Alhamdulillah, langkah yang saya ambil ini ternyata sangat membantu saya ketika harus membayar DP rumah pada tahun 2006, karena jika saya biarkan uang saya tetap ada di tabungan maka rumah impian saya tentunya tidak akan terbeli karena harga rumah di2006 sudah naik 2 kali lipat ketimbang harga di 2002, namun karena harga emas di 2006 juga naik menjadi Rp 180rban/gram maka saya tidak terbebani oleh kenaikan harga rumah tersebut. Dari pengalaman inilah keyakinan saya akan manfaat emas semakin bertambah. Fungsi emas sebagai sarana untuk lindung nilai sudah saya rasakan langsung, sehingga saya rutin menyisihkan gaji bulanan saya untuk membeli emas batangan.

Tahun demi tahun berlalu, pada tahun 2011, harga emas menembus angka Rp 500rb/gram, sesuatu hal yang sangat fantatastis bagi saya, karena nilai simpanan emas saya menjadi berlipat-lipat. Hal ini jauh diatas ekspektasi saya yang semula hanya berniat untuk melindungi harta saya dari inflasi. Namun yang terjadi malah harta saya menjadi bertambah, akhirnya saya melepas sebagian emas saya dan membeli sebidang kapling kosong di belakang rumah saya. Sekali lagi saya merasakan pengalaman Indah menyimpan emas yang ternyata bisa berkembang nilainya. Dari sinilah saya menyadari bahwa selain untuk melindungi dari inflasi ternyata emas pada pengalaman saya yang kedua ini berfungsi sebagai instrument investasi, dikatakan demikian karena nilainya saat itu bertambah berlipat ganda melampaui angka inflasi.

Euforia kenaikan harga emas dunia, safe haven dan munculnya para spekulan

Euforia kenaikan harga emas di 2011 membuat masyarakat awam berbondong-bondong membeli emas, sesuatu hal yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Di kantor tempat saya bekerja, antrian masyarakat yang membeli emas bak antrian pembagian sembako di pasar murah. Saat itu saya dan beberapa teman hanya bisa mengeleng-gelengkan kepala melihat perilaku ini, rupanya masyarakat Indonesia ketika harga emas meroket justru berbondong-bondong membeli. Jujur saja kami di kantor senang sekali melihat barang dagangan kami laku dan habis dalam sekejap. Namun sambil bertanya juga, kenapa ya tidak dari dulu seperti ini, kenapa tidak tahun 2002 ? 2006? Kenapa 2011? Apakah mereka paham manfaat membeli emas itu sesungguhnya untuk apa ? atau hanya ikut-ikutan saja ?

Tahun 2011 merupakan tahun krisis moneter di benua biru, setelah ekonomi Yunani ambruk, Portugal menyusul,Spanyol dan Italy juga mengalami badai krisis yang hampir sama. Pertumbuhan ekonomi menjadi terhenti. Amerika Serikat yang sebelumnya juga sudah lebih dulu diterpa krisis semenjak 2008 memberi stimulus membanjiri pasar dengan gelontoran USD untuk pembelian obilgasi atau yang dikenal dengan kebijakan Quantitative Easing. Tercatat beberapa kali Amerika Serikat melakukan ini dalam kurun waktu 2008-2012 yang semuanya berimbas pada meroketnya harga emas dunia.

Mengapa harga emas dunia menjadi meroket? Jawabannya sederhana, karena pertumbuhan ekonomi mandek, semua investor melarikan dananya dari sektor riil ke emas. Akibatnya permintaan emas membludak, baik itu physical gold bullion maupun paper gold melalui ETF. Puncak harga emas dunia terjadi pada 2011. Kondisi berbondong-bondongnya investor melarikan dananya dari sektor riil ke emas inilah yang dikenal dengan istilah safe haven, dimana emas berfungsi sebagai tempat berlabuhnya dana investor yang merasa lebih aman dan nyaman menyimpan emas dibanding portofolio lain yang beresiko turun nilainya karena ketidakpastian ekonomi.

Seiring meroketnya harga emas dalam waktu singkat, di Indonesia bermunculan beragam program investasi yang ‘berbau’ emas. Hampir semua memberikan iming-iming return yang besar sambil menyajikan chart kenaikan grafik emas dalam 3-5 tahun terakhir. Namun sedikit yang memberikan informasi yang benar mengenai fungsi emas yang sebenarnya, sehingga banyak masyarakat yang membeli tanpa tahu manfaat sebenarnya dari emas dan resikonya, mereka membeli hanya tergiur janji return yang besar dalam waktu singkat. Lahirlah spekulan-spekulan emas, mereka memaksakan diri membeli emas walaupun sebenarnya dananya terbatas atau bahkan tidak ada dana sekalipun sehingga mereka meminjam dana dengan bunga tertentu berharap harga emas naik lebih tinggi dari bunganya dalam tenor waktu yang sama.

Penghentian QE, pertumbuhan ekonomi dan kembalinya fungsi emas sebagai hedge again inflation

Tahun 2013 merupakan tahun yang muram bagi para spekulan emas, alih-alih mendapat keuntungan, harga emas malah turun 27 % dalam USD dan 9 % dalam Rupiah. Apa yang sebenarnya terjadi ? Lagi-lagi jawabannya sepele, seluruh investor yang pada tahun 2009-2010 ramai melarikan dananya ke emas, kali ini berbalik menjual seluruh emasnya untuk kembali ke sektor riil di Amerika Serikat. Seiiring dengan perbaikan ekonomi di Amerika Serikat yang diindikasikan dengan meningkatnya indeks konsumsi dan menurunnya angka pengangguran, kepercayaan investor kepada sektor riil mulai kembali. Hal serupa terjadi di dalam negeri, Rupiah dan IHSG pun ikut tertekan akibat pelarian dana asing yang ditarik untuk ditanamkan kembali ke sector rill di Amerika Serikat sana.

Saat ini harga emas berada di level USD 1200an/toz, atau level yang kurang lebih sama dengan kondisi di tahun 2009. Yaitu tahun-tahun awal dilakukannya QE.

Apa artinya ? Artinya saat ini harga emas sudah kembali ke levelnya yang wajar. Terlepas dari naik-turunnya nilai tukar USD-IDR, harga emas dunia saat ini merefleksikan nilai yang wajar

Dengan membaiknya perekonomian dunia, konsumsi barang dan jasa akan kembali tumbuh dan secara alami inflasi akan kembali terjadi. Emas akan kembali menjalankan fungsinya sebagai hedge again inflation atau sarana untuk memproteksi nilai kekayaan kita dari gerusan inflasi.

Jadi kembali ke hal mendasar yang mengawali ditulisnya artikel ini yaitu pertanyaan mengenai proyeksi harga emas di 2014.

Menurut saya harga emas di akhir tahun 2013 ini sangat baik sebagai starting point untuk mengawali harga emas di 2014. Level USD 1200an/toz sangat ideal. Secara fundamental, harga ini sudah merupakan floor price yang terbentuk dari respons pasar sepanjang tahun terhadap penghentian stimulus dan perbaikan ekonomi AS. Dari sisi supply-demand, penambahan supply emas baru dari penambangan diperkirakan akan terus menurun seiring dengan makin menipisnya margin para penambang, banyak penambang emas akan menunda project baru. Total cost rata-rata penambang emas tahun 2013 ini berkisar di level USD 1000-1200/toz. Sementara permintaan emas dunia diperkirakan akan tumbuh terutama permintaan jewelry yang dipicu oleh daya beli masyarakat yang kembali bergairah seiring pertumbuhan ekonomi dunia dan juga harga yang berada di kisaran USD 1200 – 1400/toz merupakan harga yang sangat menarik untuk kembali mengoleksi perhiasan emas. Menarik pula untuk ditunggu kebijakan baru dari pemerintah India terkait impor emas. Tahun 2013 nilai impor India turun drastis dan posisinya sebagai konsumen emas terbesar di dunia digeser oleh China. Impor turun akibat kebijakan penerapan pajak impor emas yang sangat besar yang memang sengaja diterapkan untuk menekan defisit neraca perdagangan negara tersebut. Tahun 2014 banyak pihak meramalkan pemerintah India akan mulai melonggarkan impor emas seiring perbaikan nilai tukar Rupee yang terjadi beberapa minggu terakhir ini.

Jadi, bagi anda yang bukan spekulan, bagi anda yang paham betul arti dan fungsi emas sebenarnya dalam tatanan ekonomi modern, tahun 2014 merupakan tahun yang baik untuk memulai kembali menambah portofolio kepemilikan emas anda. Masa-masa sulit sudah berlalu dan emas telah kembali menemukan jatidirinya sebagai sarana lindung nilai terhadap inflasi.
dikutip dari: http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2013/12/05/menerawang-harga-emas-di-2014-615789.html
Info lainnya:

Rupiah Jatuh Lagi, Kurs Tengah BI Sentuh 12.005/US$



Liputan6.com, Jakarta : Bertahannya rupiah di bawah level 12 ribu per dolar AS ternyata hanya mampu bertahan sepekan. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat rupiah diperdagangkan di level 12.005 per dolar AS.

Merujuk pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang keluar siang ini, Rabu (11/12/2013), rupiah mampu bertahan di level 12 ribu per dolar AS selama empat hari perdagangan.
Sayang, pada perdagangan hari ini, rupiah kembali terperosok masuk level psikologis 12 ribu per dolar AS.
Terakhir kali, rupiah menyentuh level 12 ribu atau tepatnya 12.018 pada 5 Desember 2013.

Sebelumnya, data kurs valas Bloomberg juga mencatat pelemahan rupiah yang dimulai sejak sesi pembukaan. Rupiah langsung terperosok masuk level 12.003 per dolar AS. Rupiah melemah 83 poin dari penutupan sehari sebelumnya di level 11.920 per dolar AS.

Rupiah sebenarnya sempat melawan pelemahan dengan menguat ke level 11.958 per dolar AS. Sayang, tekanan yang cukup kuat membuat rupiah kembali terpuruk masuk level 12 ribu per dolar AS. (Shd/Igw)
sumber: http://bisnis.liputan6.com/read/771270/rupiah-jatuh-lagi-kurs-tengah-bi-sentuh-12005-us


Info lainnya: