Rupiah
Menembus level 12.000 perdolar
Dirangkum
oleh : Willy Seda
Dari
berbagai sumber
Data Valuta
Asing Blomberg pada hari kamis melaporkan bahwa rupiah tercatat menembus level
12.013 per dolar AS pada perdagangan pukul 14:26 WIB. Sebelumnya, rupiah sempat
menyentuh level 12.025 per dolar AS pada perdagangan pukul 14:05 WIB.
Penembusan
level 12.000 perdolar amerika merupakan level psikologis yang significant yang
mencemaskan banyak pihak. Pemerintah diharapkan segera mengambil
langkah-langkah strategis agar rupiah tidak bergerak menjauh dari nilai
fundametalnya.
Ada beberapa
factor kemungkinan yang menyebabkan rupiah anjlok begitu parah.
Dari factor
external kita melihat kebijakan Tapering Fed/Federation Reserver (Bank Sentral
Amerika) memberikan pengaruh yang sangat besar bagi gejolak perekonomian banyak
Negara, terlebih Negara-negara berkembang. Tapering adalah istilah yang popular dalam leksikon
keuangan, ketika Ketua
Federal Reserve AS Ben Bernanke
menyatakan dalam pernyataannya di depan
Kongres pada tanggal 22 Mei lalu bahwa Fed mungkin taper- atau
mengurangi –sejumlah program pembelian obligasi yang dikenal sebagai pelonggaran kuantitatif
(QE). Program yang
dirancang untuk merangsang ekonomi ini telah melayani tujuan sekunder mendukung
kinerja pasar keuangan dalam beberapa tahun terakhir.
Faktor
eskternal lain adalah dari segi geopolitik. Ketegangan ihwal kebijakan Beijing
yang dinilai melampaui kebebasan penerbangan internasional turut mebawa dampak
kecemasan bagi para investor. Beberapa hari yang lalu Amerika Serikat
mengirimkan Bomber B-52 dan terbang di zona
pertahanan udara China. Dua pesawat pembom B-52 milik Amerika Serikat terbang di atas daerah yang disengketakan di Laut Cina Timur tanpa memberitahu Beijing. Sebelumnya,
China baru saja mengumumkan perluasan zona pertahanan udara di wilayah itu.
Tak hanya Amerika Jepang dan korea Selatan pun mengirimkan pesawat tempurnya
untuk melintasi daerah terlarang tersebut. Meskipun belum ada tindakan reaktif
dari pihak Beijing tapi penerbangan yang dilakukan tiga Negara tersebut
merupakan bentuk protes internasional atas kebijakan Beijing yang dinilai
melampaui otoritas wilayahnya. Aksi tersebut bisa berujung pada adu kekuatan
senjatan apabila tidak diselesaikan secara damai. Sebelumnya penguasa militer
Beijing menyatakan akan mengambil tindakan tegas bagi pesawat asing yang
terbang yang diklaimnya sebagai zona larangan terbang. Karena pesawat asing
baik militer maupun komersial harus melapor terlebih dahulu ke Beijing jika
hendak melintas. Hal ini justru ditentang banyak pihak.
Selain
dua factor di atas, factor akhir bulan dan menjelang akhir tahun turut
mendorong merontoknya nilai rupiah. Setiap akhir bulan kebutuhan valas meningkat, bisa jadi
untuk investasi atau untuk membayar gaji pegawai. Lebih dari itu belum ada
kejelasan tentang penguasa baru hasil pemilu 2014 bisa menjadi salah satu
factor para investor lebih memilih menyimpan dolar ketimbang rupiah. Faktor
internal yang lain adalah lelang Surat Utang Negara (SUN) yang hanya
mampu menyerap dana US$ 190 juta dari target US$ 450 juta juga menjadi pemicu
keterpurukan rupiah.
Kabar
baiknya Meneteri Keuangan Chatib Basri menyatakan bahwa depresi rupiah
belakangan ini bagus, karena akan membuat harga impor
menjadi lebih mahal, ekspornya murah sehingga defisit di current accountnya
menjadi lebih kecil.
Sebenarnya bukan hanya rupiah
yang anjlok nilai tukarnya. Ini merupakan masalah regional. Negara berkembang
Asia lain seperti Thailand dan India juga mengalami dampak Dari Tapering
Off The Fed. Tiap Negara pasti punya
jurus jitu untuk menanggulangi keterpurukan ekonomi. Bagaimana dengan
Indonesia. Kita tunggu.
adclickxpress.
lihat iklan duit bertambah