Jumat, 29 November 2013

Dolar US Melejit, Rupiah Melorot


Rupiah Menembus level 12.000 perdolar
Dirangkum oleh : Willy Seda
Dari berbagai sumber 

Data Valuta Asing Blomberg pada hari kamis melaporkan bahwa rupiah tercatat menembus level 12.013 per dolar AS pada perdagangan pukul 14:26 WIB. Sebelumnya, rupiah sempat menyentuh level 12.025 per dolar AS pada perdagangan pukul 14:05 WIB.
Penembusan level 12.000 perdolar amerika merupakan level psikologis yang significant yang mencemaskan banyak pihak. Pemerintah diharapkan segera mengambil langkah-langkah strategis agar rupiah tidak bergerak menjauh dari nilai fundametalnya.
Ada beberapa factor kemungkinan yang menyebabkan rupiah anjlok begitu parah.
Dari factor external kita melihat kebijakan Tapering Fed/Federation Reserver (Bank Sentral Amerika) memberikan pengaruh yang sangat besar bagi gejolak perekonomian banyak Negara, terlebih Negara-negara berkembang. Tapering adalah istilah yang popular dalam leksikon keuangan, ketika Ketua Federal Reserve AS Ben Bernanke menyatakan dalam pernyataannya di depan Kongres pada tanggal 22 Mei lalu bahwa Fed mungkin taper- atau mengurangi sejumlah program pembelian obligasi yang dikenal sebagai pelonggaran kuantitatif (QE). Program yang dirancang untuk merangsang ekonomi ini telah melayani tujuan sekunder mendukung kinerja pasar keuangan dalam beberapa tahun terakhir.
Faktor eskternal lain adalah dari segi geopolitik. Ketegangan ihwal kebijakan Beijing yang dinilai melampaui kebebasan penerbangan internasional turut mebawa dampak kecemasan bagi para investor. Beberapa hari yang lalu Amerika Serikat mengirimkan Bomber B-52 dan terbang di zona pertahanan udara China. Dua pesawat pembom B-52 milik Amerika Serikat terbang di atas daerah yang disengketakan di Laut Cina Timur tanpa memberitahu Beijing. Sebelumnya, China baru saja mengumumkan perluasan zona pertahanan udara di wilayah itu. Tak hanya Amerika Jepang dan korea Selatan pun mengirimkan pesawat tempurnya untuk melintasi daerah terlarang tersebut. Meskipun belum ada tindakan reaktif dari pihak Beijing tapi penerbangan yang dilakukan tiga Negara tersebut merupakan bentuk protes internasional atas kebijakan Beijing yang dinilai melampaui otoritas wilayahnya. Aksi tersebut bisa berujung pada adu kekuatan senjatan apabila tidak diselesaikan secara damai. Sebelumnya penguasa militer Beijing menyatakan akan mengambil tindakan tegas bagi pesawat asing yang terbang yang diklaimnya sebagai zona larangan terbang. Karena pesawat asing baik militer maupun komersial harus melapor terlebih dahulu ke Beijing jika hendak melintas. Hal ini justru ditentang banyak pihak.
Selain dua factor di atas, factor akhir bulan dan menjelang akhir tahun turut mendorong merontoknya nilai rupiah.  Setiap akhir bulan kebutuhan valas meningkat, bisa jadi untuk investasi atau untuk membayar gaji pegawai. Lebih dari itu belum ada kejelasan tentang penguasa baru hasil pemilu 2014 bisa menjadi salah satu factor para investor lebih memilih menyimpan dolar ketimbang rupiah. Faktor internal yang lain adalah lelang Surat Utang Negara (SUN) yang hanya mampu menyerap dana US$ 190 juta dari target US$ 450 juta juga menjadi pemicu keterpurukan rupiah.
Kabar baiknya Meneteri Keuangan Chatib Basri menyatakan bahwa depresi rupiah belakangan ini bagus, karena akan membuat harga impor menjadi lebih mahal, ekspornya murah sehingga defisit di current accountnya menjadi lebih kecil.
Sebenarnya bukan hanya rupiah yang anjlok nilai tukarnya. Ini merupakan masalah regional. Negara berkembang Asia lain seperti Thailand dan India juga mengalami dampak Dari Tapering Off  The Fed. Tiap Negara pasti punya jurus jitu untuk menanggulangi keterpurukan ekonomi. Bagaimana dengan Indonesia. Kita tunggu.
adclickxpress. lihat iklan duit bertambah