Jumat, 13 Desember 2013

Menerawang Harga Emas di 2014

Bambang Wijanarko
Akhir-akhir ini banyak yang menanyakan perihal penerawangan saya akan harga emas di tahun 2014 nanti. Pertanyaan ini sebenarnya merupakan pertanyaan rutin yang selalu ditanyakan setiap akhir tahun. Namun kali ini nuansanya agak berbeda, karena kebanyakan pertanyaan tersebut dilontarkan dengan nada yang sedikit ‘fals’ kalo kita ibaratkan sebuah lagu. Artinya kebanyakan pertanyaan tersebut sebenarnya adalah pernyataan kegalauan sang penanya mengenai prospek performance investasi emas di tahun 2014, kegalauan yang sangat wajar apabila melihat performance emas di 2013 ini.

Lalu bagaimana cara saya menjawab pertanyaan-pertanyaan ini ? Bagaimana cara menjawab pertanyaan orang-orang yang sedang galau agar tidak bertambah galau ?

Fungsi Emas : Instrumen investasi, safe haven atau lindung nilai ?

Saya tidak punya latar belakang pendidikan sebagai sarjana ekonomi ataupun keuangan. Ketika saya berbicara mengenai investasi emas tentunya bukan berdasaran pendekatan akademis namun lebih kepada pengalaman saya menggeluti dunia per-emas-an ini. Saya mulai melakukan investasi emas pada pertengahan 2002, saat itu saya mengumpulkan emas untuk persiapan menikah, harga emas masih di kisaran Rp 90ribuan/gram. Tujuan saya mengumpulkan emas selain untuk persiapan mas kawin juga untuk persiapan membeli rumah. Karena saya dan calon isteri waktu itu belum sepakat mengenai lokasi rumah yang cocok maka saya berpikir untuk terlebih dahulu mengkonversi tabungan saya di bank menjadi emas batangan. Hal yang belakangan ini baru saya ketahui biasa disebut ‘hedging’ atau ‘lindung nilai’. Alhamdulillah, langkah yang saya ambil ini ternyata sangat membantu saya ketika harus membayar DP rumah pada tahun 2006, karena jika saya biarkan uang saya tetap ada di tabungan maka rumah impian saya tentunya tidak akan terbeli karena harga rumah di2006 sudah naik 2 kali lipat ketimbang harga di 2002, namun karena harga emas di 2006 juga naik menjadi Rp 180rban/gram maka saya tidak terbebani oleh kenaikan harga rumah tersebut. Dari pengalaman inilah keyakinan saya akan manfaat emas semakin bertambah. Fungsi emas sebagai sarana untuk lindung nilai sudah saya rasakan langsung, sehingga saya rutin menyisihkan gaji bulanan saya untuk membeli emas batangan.

Tahun demi tahun berlalu, pada tahun 2011, harga emas menembus angka Rp 500rb/gram, sesuatu hal yang sangat fantatastis bagi saya, karena nilai simpanan emas saya menjadi berlipat-lipat. Hal ini jauh diatas ekspektasi saya yang semula hanya berniat untuk melindungi harta saya dari inflasi. Namun yang terjadi malah harta saya menjadi bertambah, akhirnya saya melepas sebagian emas saya dan membeli sebidang kapling kosong di belakang rumah saya. Sekali lagi saya merasakan pengalaman Indah menyimpan emas yang ternyata bisa berkembang nilainya. Dari sinilah saya menyadari bahwa selain untuk melindungi dari inflasi ternyata emas pada pengalaman saya yang kedua ini berfungsi sebagai instrument investasi, dikatakan demikian karena nilainya saat itu bertambah berlipat ganda melampaui angka inflasi.

Euforia kenaikan harga emas dunia, safe haven dan munculnya para spekulan

Euforia kenaikan harga emas di 2011 membuat masyarakat awam berbondong-bondong membeli emas, sesuatu hal yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Di kantor tempat saya bekerja, antrian masyarakat yang membeli emas bak antrian pembagian sembako di pasar murah. Saat itu saya dan beberapa teman hanya bisa mengeleng-gelengkan kepala melihat perilaku ini, rupanya masyarakat Indonesia ketika harga emas meroket justru berbondong-bondong membeli. Jujur saja kami di kantor senang sekali melihat barang dagangan kami laku dan habis dalam sekejap. Namun sambil bertanya juga, kenapa ya tidak dari dulu seperti ini, kenapa tidak tahun 2002 ? 2006? Kenapa 2011? Apakah mereka paham manfaat membeli emas itu sesungguhnya untuk apa ? atau hanya ikut-ikutan saja ?

Tahun 2011 merupakan tahun krisis moneter di benua biru, setelah ekonomi Yunani ambruk, Portugal menyusul,Spanyol dan Italy juga mengalami badai krisis yang hampir sama. Pertumbuhan ekonomi menjadi terhenti. Amerika Serikat yang sebelumnya juga sudah lebih dulu diterpa krisis semenjak 2008 memberi stimulus membanjiri pasar dengan gelontoran USD untuk pembelian obilgasi atau yang dikenal dengan kebijakan Quantitative Easing. Tercatat beberapa kali Amerika Serikat melakukan ini dalam kurun waktu 2008-2012 yang semuanya berimbas pada meroketnya harga emas dunia.

Mengapa harga emas dunia menjadi meroket? Jawabannya sederhana, karena pertumbuhan ekonomi mandek, semua investor melarikan dananya dari sektor riil ke emas. Akibatnya permintaan emas membludak, baik itu physical gold bullion maupun paper gold melalui ETF. Puncak harga emas dunia terjadi pada 2011. Kondisi berbondong-bondongnya investor melarikan dananya dari sektor riil ke emas inilah yang dikenal dengan istilah safe haven, dimana emas berfungsi sebagai tempat berlabuhnya dana investor yang merasa lebih aman dan nyaman menyimpan emas dibanding portofolio lain yang beresiko turun nilainya karena ketidakpastian ekonomi.

Seiring meroketnya harga emas dalam waktu singkat, di Indonesia bermunculan beragam program investasi yang ‘berbau’ emas. Hampir semua memberikan iming-iming return yang besar sambil menyajikan chart kenaikan grafik emas dalam 3-5 tahun terakhir. Namun sedikit yang memberikan informasi yang benar mengenai fungsi emas yang sebenarnya, sehingga banyak masyarakat yang membeli tanpa tahu manfaat sebenarnya dari emas dan resikonya, mereka membeli hanya tergiur janji return yang besar dalam waktu singkat. Lahirlah spekulan-spekulan emas, mereka memaksakan diri membeli emas walaupun sebenarnya dananya terbatas atau bahkan tidak ada dana sekalipun sehingga mereka meminjam dana dengan bunga tertentu berharap harga emas naik lebih tinggi dari bunganya dalam tenor waktu yang sama.

Penghentian QE, pertumbuhan ekonomi dan kembalinya fungsi emas sebagai hedge again inflation

Tahun 2013 merupakan tahun yang muram bagi para spekulan emas, alih-alih mendapat keuntungan, harga emas malah turun 27 % dalam USD dan 9 % dalam Rupiah. Apa yang sebenarnya terjadi ? Lagi-lagi jawabannya sepele, seluruh investor yang pada tahun 2009-2010 ramai melarikan dananya ke emas, kali ini berbalik menjual seluruh emasnya untuk kembali ke sektor riil di Amerika Serikat. Seiiring dengan perbaikan ekonomi di Amerika Serikat yang diindikasikan dengan meningkatnya indeks konsumsi dan menurunnya angka pengangguran, kepercayaan investor kepada sektor riil mulai kembali. Hal serupa terjadi di dalam negeri, Rupiah dan IHSG pun ikut tertekan akibat pelarian dana asing yang ditarik untuk ditanamkan kembali ke sector rill di Amerika Serikat sana.

Saat ini harga emas berada di level USD 1200an/toz, atau level yang kurang lebih sama dengan kondisi di tahun 2009. Yaitu tahun-tahun awal dilakukannya QE.

Apa artinya ? Artinya saat ini harga emas sudah kembali ke levelnya yang wajar. Terlepas dari naik-turunnya nilai tukar USD-IDR, harga emas dunia saat ini merefleksikan nilai yang wajar

Dengan membaiknya perekonomian dunia, konsumsi barang dan jasa akan kembali tumbuh dan secara alami inflasi akan kembali terjadi. Emas akan kembali menjalankan fungsinya sebagai hedge again inflation atau sarana untuk memproteksi nilai kekayaan kita dari gerusan inflasi.

Jadi kembali ke hal mendasar yang mengawali ditulisnya artikel ini yaitu pertanyaan mengenai proyeksi harga emas di 2014.

Menurut saya harga emas di akhir tahun 2013 ini sangat baik sebagai starting point untuk mengawali harga emas di 2014. Level USD 1200an/toz sangat ideal. Secara fundamental, harga ini sudah merupakan floor price yang terbentuk dari respons pasar sepanjang tahun terhadap penghentian stimulus dan perbaikan ekonomi AS. Dari sisi supply-demand, penambahan supply emas baru dari penambangan diperkirakan akan terus menurun seiring dengan makin menipisnya margin para penambang, banyak penambang emas akan menunda project baru. Total cost rata-rata penambang emas tahun 2013 ini berkisar di level USD 1000-1200/toz. Sementara permintaan emas dunia diperkirakan akan tumbuh terutama permintaan jewelry yang dipicu oleh daya beli masyarakat yang kembali bergairah seiring pertumbuhan ekonomi dunia dan juga harga yang berada di kisaran USD 1200 – 1400/toz merupakan harga yang sangat menarik untuk kembali mengoleksi perhiasan emas. Menarik pula untuk ditunggu kebijakan baru dari pemerintah India terkait impor emas. Tahun 2013 nilai impor India turun drastis dan posisinya sebagai konsumen emas terbesar di dunia digeser oleh China. Impor turun akibat kebijakan penerapan pajak impor emas yang sangat besar yang memang sengaja diterapkan untuk menekan defisit neraca perdagangan negara tersebut. Tahun 2014 banyak pihak meramalkan pemerintah India akan mulai melonggarkan impor emas seiring perbaikan nilai tukar Rupee yang terjadi beberapa minggu terakhir ini.

Jadi, bagi anda yang bukan spekulan, bagi anda yang paham betul arti dan fungsi emas sebenarnya dalam tatanan ekonomi modern, tahun 2014 merupakan tahun yang baik untuk memulai kembali menambah portofolio kepemilikan emas anda. Masa-masa sulit sudah berlalu dan emas telah kembali menemukan jatidirinya sebagai sarana lindung nilai terhadap inflasi.
dikutip dari: http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2013/12/05/menerawang-harga-emas-di-2014-615789.html
Info lainnya:

Rupiah Jatuh Lagi, Kurs Tengah BI Sentuh 12.005/US$



Liputan6.com, Jakarta : Bertahannya rupiah di bawah level 12 ribu per dolar AS ternyata hanya mampu bertahan sepekan. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat rupiah diperdagangkan di level 12.005 per dolar AS.

Merujuk pada data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang keluar siang ini, Rabu (11/12/2013), rupiah mampu bertahan di level 12 ribu per dolar AS selama empat hari perdagangan.
Sayang, pada perdagangan hari ini, rupiah kembali terperosok masuk level psikologis 12 ribu per dolar AS.
Terakhir kali, rupiah menyentuh level 12 ribu atau tepatnya 12.018 pada 5 Desember 2013.

Sebelumnya, data kurs valas Bloomberg juga mencatat pelemahan rupiah yang dimulai sejak sesi pembukaan. Rupiah langsung terperosok masuk level 12.003 per dolar AS. Rupiah melemah 83 poin dari penutupan sehari sebelumnya di level 11.920 per dolar AS.

Rupiah sebenarnya sempat melawan pelemahan dengan menguat ke level 11.958 per dolar AS. Sayang, tekanan yang cukup kuat membuat rupiah kembali terpuruk masuk level 12 ribu per dolar AS. (Shd/Igw)
sumber: http://bisnis.liputan6.com/read/771270/rupiah-jatuh-lagi-kurs-tengah-bi-sentuh-12005-us


Info lainnya:


Rabu, 11 Desember 2013

Melemahnya Rupiah Dan Peraturan Swap-Reswap BI


Oleh: Willy Seda (dari berbagai sumber)
Nilai kurs mata uang dolar terhadap rupiah belum menunjukan tanda-tanda koreksi yang signifikan. Seperti yang kita tahu dan seperti yang telah dimuat dalam blog ini sebelumnya kebijakan tapering dari The Fed memang sangat mempengaruhi keadaan kurs mata uang banyak Negara. Pengurangan stimulus ekonomi Amerika merupakan indikasi yang sangat signifikan bahwa ekonomi Amerika sedang membaik. Tentu saja hal itu menggugah banyak investor untuk migrasikan dananya ke AS yang lebih menguntungkan. Hal yang sama tentu saja juga terjadi di kalangan pengusaha dalam negeri.

BI bersama pemerintah sebenarnya telah berusaha untuk menyelamatkan rupiah. Akan tetapi belum ada hasil yang terlalu berarti dari pelbagai teknik strategis yang dipakai. Menjelang akhir tahun rupiah sudah mengalami depresi sekitar 23 persen dibandingkan awal tahun ini. Dalam keadaan seperti sekarang ini intervensi BI terhadap pasar dengan menggunakan cadangan devisa dinilai kontra produktif karena cadangan devisa semakin menipis.
Kalau keadaan ini tidak diatasi sampai tahun depan bisa jadi pertumbuhan ekonomi kita akan melambat dan suku bungu perbankan melangit. Yang pasti kita tidak mengharapkan perekonomian Negara kita kolaps.

Meskipun demikian, Difi A Johansyah, selaku Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI mengatakan bahwa pelemahan rupiah bukan  karena kita kekurangan valas dalam negeri. Pemegang valas sebenarnya masih banyak akan tetapi mereka masih enggan melepaskan valasnya dengan pertimbangan menunggu rupiah melorot lagi, bahkan nilainya tidak ada, baru dilepas.
Dia menambahkan bahwa, jika valas sedang dibutuhkan, ada perilaku beberapa bank yang mengambil valas at all cost, berapapun diambil demi nasabahnya. Pada saat volume tipis, pada saat transaksi satu arah, hanya ada orang cari dan tidak ada yang mau lepas itu, rupiah sangat rawan volatile.

Dengan alasan itulah BI telah memberalukukan peraturan Swap dan Reswap yang dapat dimanfaatkan oleh perbankan dan nasabahnya.
Kalau bank membutuhkan dolar, dolar itu bisa di-swap-kan ke BI. Pada saatnya nanti bisa diambil lagi. Jadi sistemnya seperti menggadaikan. Pelaku usaha pun bisa melakukan pasar swap ini ke bank yang bank nanti di reswap kan lagi ke BI, sehingga bagi yang ingin lindung nilai pada level tertentu, tidak usah khawatir karena BI sifatnya reasuransi.
Info lainnya:

Selasa, 10 Desember 2013

Harga Emas Akan Naik Tipis Tahun 2014, Level $1500 Cukup Rasional



Sepanjang tahun ini, pergerakan harga emas global terpantau mengalami kondisi yang menurun. Jika di awal tahun bulan Januari tahun ini harga emas sempat berada pada posisi 1714 dollar per troy ons, namun sepanjang tahun terus melemah hingga pada pekan kedua bulan November di posisi 1275 dollar per troy ons. Secara persentase, pelemahan pergerakan emas hampir mencapai 23%. Bahkan penurunan harga emas akan semakin besar jika ditarik tren sejak September 2012 yang sempat menyentuh level 1792 dollar per troy ons.
Jelang berakhirnya tahun 2013 ini, kita pastinya akan memperkirakan bagaimana proyeksi harga emas untuk tahun 2014. Bagi sebagian kalangan terutama investor, pergerakan harga emas global untuk tahun depan diperkirakan akan menjadi sebuah ajang pembuktian apakah komoditi logam mulia tersebut masih dapat disebut sebagai komoditi safe haven.
Berbeda dengan tahun 2013, dimana para investor dan bank-bank sentral di dunia justru lebih giat untuk melakukan aksi jual. Selain untuk memperoleh keuntungan jangka pendek atau profit taking, kebutuhan akan uang likuid sangat besar sepanjang tahun. Hal tersebut terutama dilakukan oleh bank sentral yang menjual cadangan emasnya untuk memperoleh uang likuid guna menunjang sisi stimulus ekonomi.
Outlook Harga Emas Tahun 2014
Secara potensi dan prediksi, harga emas untuk tahun 2014 diperkirakan akan mengalami kondisi yang cukup sulit. Potensi rebound diperkirakan tidak akan signifikan. Prediksi mengenai harga emas diperkirakan akan menyentuh level 1500 dollar per troy ons diakhir tahun depan. Membaiknya kondisi perekonomian di Eropa memicu adanya kenaikan permintaan emas pada bank sentral pada tahun ini. Kondisi yang hampir sama juga terjadi di Amerika Serikat dimana negara tersebut hampir dipastikan akan merilis dana stimulusnya di kuartal pertama tahun 2014 seperti dikemukakan oleh beberapa anggota Fed dalam beberapa waktu terakhir. Apalagi dari sisi politis, pencalonan Janet Yellen telah disetujui oleh mayoritas anggota Senat AS. Sosok Yellen dinilai sebagai salah satu aktor utama yang merancang kebijakan stimulus ekonomi AS sejak tahun 2008. Sehingga jika nanti menjabat sebagai Gubernur Fed, maka kemungkinan besar dirinya akan mendukung penuh adanya stimulus lanjutan.
Lalu bagaimana dengan China? jauh-jauh hari pada bulan November ini pemerintah China mulai mengeluarkan resolusi perekonomian untuk tahun 2014 yang menitikberatkan pada pendorongan tingkat pertumbuhan ekonomi ke level 8% dan pengetatan sektor moneter. China yang merupakan negara dengan cadangan emas terbesar di dunia diperkirakan akan melepas sebagian emasnya. Saat ini China memiliki cadangan emas mencapai 1054 ton.
Hal lain yang juga harus dicermati ialah adanya sebuah kondisi dimana tiap bank sentral negara-negara besar akan berupaya menjaga nilai tukar mata uang negaranya dalam jangka pendek. Kondisi tersebut dapat terlihat pada beberapa negara seperti Jepang, China dan juga kawasan Euro. Oleh karena itu, bagi para investor dihimbau waspada untuk tahun depan mengingat kondisi fundamental ekonomi global masih belum stabil.
(JP/JA/VBN)
Dikutip dari :
http://vibiznews.com/2013/11/22/harga-emas-akan-naik-tipis-tahun-2014-level-1500-cukup-rasional/

Minggu, 08 Desember 2013

BI: Rupiah Berbalik Arah Tahun Depan

Metrotvnews.com, Jakarta: Bank Indonesia (BI) meyatakan akan terjadi penguatan nilai tukar rupiah pada tahun depan. Hal ini terjadi karena berkurangnya tekanan terhadap pergerakan rupiah terutama pembayaran utang jatuh tempo.

"Saya optimistis rupiah akan menguat dalam medium term," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Difi A Johansyah dalam pelatihan wartawan ekonomi dan perbankan mengenai Pendalaman Seputar Nilai Tukar di Bandung, baru-baru ini.

Sesuai data Bank Indonesia, rencana pembayaran utang luar negeri swasta Januari-September tahun 2014 mencapai US$15,617 miliar. Nilai tersebut jauh di bawah utang jatuh tempo swasta pada Oktober-Desember tahun ini yang mencapai US$24,117 miliar.

Artinya, permintaan valas pada tahun depan akan lebih rendah daripada akhir tahun ini. Sehingga tekanan terhadap nilai tukar akan berkurang.

Selain itu, lanjut Difi, tingkat inflasi juga akan rendah yakni berada pada kisaran 3,5-5,5%. Hal tersebut disebabkan karena dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada Juni lalu telah habis.

"Secara historikal, rupiah menguat setelah pemilu karena adanya kepastian Presiden baru," tutur Difi.

Menurut Difi, tekanan akan bersumber dari ketidakpastian rencana pengurangan stimulus ekonomi Amerika Serikat tapering off oleh @The Fed. Di samping itu, defisit transaksi berjalan Indonesia.

"Semalam kan ada pengumuman angka +pengangguran AS yang positif. Tapi tidak memengaruhi pasar. Pasar sudah bosan dengan isu-isu itu (tapering off)," ungkap dia.

Dalam +perdagangan pada Jumat (6/12) sesuai kurs tengah BI, nilai tukar rupiah berada pada level Rp.11.960/US$. Nilai ini menguat 58 poin dari hari sebelumnya yang ditransaksikan pada level Rp12.018/US$. (Daniel Wesly Rudolf)
http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2013/12/08/2/199830/-BI-Rupiah-Berbalik-Arah-Tahun-Depan

Jumat, 06 Desember 2013

Berita Fundamental AS Mendukung Spekulasi ‘Tapering’ Fed

sumber: MONEXNEWS.COM

Data-data ekonomi AS terbaru yang lebih baik dari perkiraan sebelumnya semakin memacu spekulasi bahwa Federal Reserve akan memulai pengurangan program stimulus lebih cepat dari harapan.

Laporan Departemen Tenaga Kerja AS pada hari Kamis menunjukkan jumlah pekerja yang mengajukan aplikasi baru untuk memperoleh tunjangan pengangguran turun sebesar 23.000 sepanjang pekan lalu menjadi 298.000. Selain merupakan yang terendah sejak awal September, angka tersebut juga mementahkan ekspektasi kenaikan menjadi 325.000 dari para ekonom. Sedangkan rata-rata klaim dalam 4-minggu, yang dinilai lebih sesuai untuk menggambarkan tren pasar tenaga kerja, turun sebanyak 10.750 ke level terendah sejak akhir September menjadi 322.250.

Sementara dalam waktu bersamaan Departemen Perdagangan AS merevisi naik pertumbuhan GDP AS untuk kuartal ke-3 menjadi 3,6% dari publikasi awal yang sebesar 2,8%. Namun sejumlah analis menilai bahwa laju pertumbuhan tercepat dalam 1 tahun ini lebih didorong oleh penumpukan persediaan yang mencapai level tertinggi sejak tahun 1998. Pertumbuhan bisa berbalik merosot tajam pada kuartal ke-4 jika perusahaan menambah persediaan barang dalam kecepatan yang lebih lambat, menurut para analis tersebut.

Dengan serangkaian data ekonomi AS terbaru yang solid, bagaimanapun, pelaku pasar nampaknya masih tetap menantikan rilis data ketenagakerjaan AS hari Jumat besok untuk mempertimbangkan peluang terjadinya tapering program stimulus oleh Fed. Non Farm Payrolls AS diperkirakan akan menunjukkan pertumbuhan 180.000 lapangan kerja baru pada bulan November setelah mencatat kenaikan sebesar 204.000 pada bulan Oktober. Tingkat pengangguran AS diprediksi juga akan mengalami penurunan menjadi 7,2% dari sebelumnya 7,3%. Hasil yang lebih baik dari ekspektasi akan semakin memperkuat spekulasi bahwa bank sentral AS bisa mulai memperlambat laju pembelian $85 milyar obligasi per bulan dalam rapat kebijakan 17-18 Desember mendatang.?(vid)
dikutip dari:


Kamis, 05 Desember 2013

Hati-hati Efek Pasca Pemilu pada Rupiah


Sumber: Liputan6.com
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bakal terus menjadi perhatian publik paling tidak sampai akhir 2013. Bahkan, kurs rupiah diyakini takkan lagi kembali di bawah level 10.000 per dolar AS.

Chief Ekonom Bank Danamon Anton Gunawan memprediksi posisi rupiah pada akhir 2014 akan berada sedikit di bawah level 11.000. Prediksi tersebut muncul karena rupiah bakal memiliki titik stabilitas baru pada tahun depan yaitu di di atas 10.000.

"Tahun depan hingga akhir tahun ya, rupiah di level 10.000-10.500, kami harapkan tidak sampai tembus 12.000, makanya tergantung sentimennya," ungkapnya di Gedung Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (4/12/2013).

Anton menilai, kebijakan moneter yang dilakukan para pemangku kepentingan di Indonesia sebenarnya sudah tepat. Sayangnya, pergerakan rupiah saat ini justru lebih cenderung dipengaruhi sentimen dari luar negeri khususnya isu pengurangan dana stimulus (tapering off) The Federal Reserves.

Sementara dari dalam negeri, sentimen yang banyak mempengaruhi kurs rupiah berasal dari defis tneraca transaksi (Current Account).

Menurut Anton, gerak rupiah tahun depan kemungkinan bakal banyak dipengaruhi oleh aktivitas Pemilihan Umum (Pemilu). Meski secara historikal selalu menyumbang pertumbuhan ekonomi 0,2%, namun fokus perhatian yang harus dicermati berbagai kalangan adalah pasca Pemilu.

"Kalau muncul gejolak-gejolak karena tidak puas siapa pemimpinnya, itu sentimen yang harus diperhatikan," terangnya.

Seperti diketahui data Valuta Asing (Valas) Bloomberg kembali mencatat ambruknya rupiah ke level 12.005 per dolar AS.

Tanda-tanda pelemahan rupiah hari ini sudah terlihat sejak pembukaan perdagangan. Rupiah dibuka melemah ke level 11.948 dari penutupan sehari sebelumnya di posisi 11.888 per dolar AS. Pelemahan rupiah juga tercatat di dalam data RTI. Hingga pukul 11.30 WIB, rupiah terpangkas 130 poin ke level 11.879 per dolar AS. (Yas/Shd)

Rabu, 04 Desember 2013

Jepang Siapkan Paket Stimulus Sebesar $53 Milyar Pada Pekan Ini



sumber berita: Monexnews.com
Jepang akan menyusun paket stimulus ekonomi pada pekan ini yang bernilai sekitar $53 milyar untuk mendukung perekonomian menjelang kenaikan pajak penjualan nasional di bulan April, kata orang yang mengetahui hal tersebut pada hari Selasa.
Ukuran dari paket tersebut, yang di susun di bulan Oktober oleh Perdana Menteri Shinzo Abe, akan berada di kisaran 5.4 triliun yen ($52.43 milyar) sampai 5.6 triliun, kata nara sumber tersebut kepada Reuters.
Para menteri di pemerintahan mengatakan bahwa paket tersebut diperlukan setidaknya sebesar 5 triliyun yen untuk meredam hantaman ekonomi pada kenaikan pajak, yang merupakan langkah terbesar Jepang dalam sedekade ini untuk membatasi utang yang sangat besar.
Pemerintah akan menyusun jumlah paket yang “efektif” untuk dana yang “sekitar di atas 5 triliyun yen,” kata Yasuhiro Hanashi, sekeretaris keuangan parlemen kepada panel dari Partai Liberal Democratic Abe.
Pemerintah akan memutuskan langkah tersebut pada hari Kamis, namun untuk jumlah pastinya tidak akan di umumkan sampai Kabinet menyetujui anggaran tambahan pada tanggal 12 Desember, kata nara sumber tersebut.
Nara sumber tersebut mengatakan pada pekan lalu bahwa anggaran, yang termasuk langkah-langkah stimulus akan bernilai sekitar 7 triliun yen.
Pelonggaran moneter yang besar dari BOJ dan pengeluaran pemerintahan Abe yang yang tinggi sukses angkat Jepang dari deflasi yang sudah berlangsung selama 15 tahun dan pertumbuhan yang moderat. 
(fsyl)
dikutip dari: 
http://www.seputarforex.com/berita/forex/detail.php?nid=144950&topic=jepang_siapkan_paket_stimulus_sebesar_53_milyar_pada_pekan_ini